Pasca New Normal untuk Indonesia

New normal, atau pola hidup baru yang beradaptasi dengan pandemi Covid-19, kini menjadi tarik ulur. Berbagai persiapan new normal tengah dilakukan pemerintah meski sejumlah indikator mengatakan Indonesia belum layak memasuki fase tersebut.

Presiden mengatakan kedisiplinan masyarakat menjalankan protokol kesehatan menjadi kunci penerapan normal baru. Oleh sebab itu pemerintah mengerahkan TNI dan Polri untuk mendisiplinkan masyarakat.

Sebanyak 30 hingga 40 ribu personel TNI diterjunkan di empat provinsi dan 25 kabupaten/kota. Mereka disebar di 1.800 titik keramaian seperti pasar dan mal. Jika efektif, pengerahan TNI dan Polri akan dilebarkan ke daerah-daerah lainnya.

 

Tarik ulur

Tarik ulur new normal juga tercermin dari rencana pembukaan kembali pusat-pusat perbelanjaan di DKI Jakarta. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI merilis daftar pusat perbelanjaan yang kembali beroperasi pada 5 dan 8 Juni mendatang. Alasannya, mengacu pada Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 489 Tahun 2020, PSBB DKI hanya diperpanjang 14 hari sejak 22 Mei hingga 4 Juni 2020.

Namun, Gubernur DKI Anies Baswedan mengatakan pembukaan mal pada Juni mendatang hanyalah imajinasi. Ia mengatakan belum ada aturan mengenai berakhirnya masa PSBB di DKI. Tiga indikator Pemerintah menyatakan ada tiga indikator yang dipertimbangkan untuk menerapkan normal baru. Pertama, tingkat penularan atau Ro (reproductive number) harus di bawah 1 selama dua minggu berturut-turut. Saat ini Ro secara nasional masih di angka 2,5.

Artinya, satu orang bisa menularkan ke dua atau tiga orang. Kedua, kapasitas tempat tidur rumah sakit dan IGD untuk pelayanan Covid-19 harus lebih besar dari jumlah kasus baru yang memerlukan perawatan. Terakhir, pengetesan setidaknya harus mencapai 3.500 tes per 1 juta penduduk. Saat ini jumlah tes Indonesia masih rendah, yakni 743 per 1 juta penduduk. Masih jauh untuk mencapai angka 3.500 per 1 juta penduduk.

Dengan kapasitas yang sudah meningkat hingga 10-12 ribu tes per hari pun masih butuh satu bulan untuk mencapai 1.800 tes per 1 juta penduduk secara nasional. Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, mengatakan bakal ada daerah yang menjadi percontohan skenario new normal. Ia menyebut DKI telah memenuhi indikator untuk memulai fase tersebut.

 

 

New Normal, Harapan Baru Masyarakat Tani Pasca Pandemi

Kebijakan New Normal ramai diperbincangkan di berbagai media sosial. Bahkan tagar #NewNormal di twitter menjadi trending topik dalam 3 hari terakhir. Ada yang pro dan kontra, namun hal itu dinamika yang wajar. Bagi rumah tangga produsen atau petani, kebijakan ini tentu disambut gempita lantaran ada asa baru produk-produk pertanian mereka bisa kembali ke pasaran dan kesejahteraan kembali meningkat.

Guru Besar Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), Imam Mujahidin Fahmid menilai petani adalah garda terdepan dalam penyediaan pangan di masa pandemi Covid-19. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) menurut SUTAS BPS 2018 didominasi oleh usaha peternakan sebanyak 13,5 juta, padi sebanyak 13,1 juta, perkebunan sebanyak 12 juta, hortikultura sebanyak 10 juta, dan palawija sebanyak 7 juta RTUP.

“Mereka tentu berharap new normal ini akan mengembalikan gairah yang sempat menurun saat awal pandemi,” demikian diungkapkan Prof Imam saat Seminar Online Bertemakan ‘Menuju New Normal: Tantangan dan Perubahan Sosial Masyarakat Tani Masa Covid-19’ yang digelar Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar, kemarin Jumat (5/6/2020).

Apa yang dikatakan Prof Imam sangat beralasan mengingat beberapa waktu lalu Kepala Badan Ketahanan Pangan, Agung Hendriadi menyampaikan, bahwa petani tetap produksi pangan saat pandemi dan pada situasi new normal ini. Sebanyak 11 komoditas pangan strategis mulai dari beras, cabai, bawang hingga gula pasir dan minyak goreng kondisinya semuanya surplus.

Artinya kebutuhan tercukupi, produksi banyak. Menurut Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), tidak ada permasalahan di sisi produksi. Yang menjadi kendala saat pandemi adalah distribusi barang dari produsen dan konsumen sebagai implikasi dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Namun ini wajar dan Kementan telah melakukan intervensi dengan fasilitasi distribusi bahan pangan ke berbagai wilayah yang defisit. Oleh karenannya, Prof Imam berkeyakinan dengan new normal ini akan menjadi peta jalan baru bagi masyarakat petani untuk kembali bersemangat menggarap lahan pertanian karena pasar sudah mulai terbuka lebar.

Ada beberapa perubahan kecenderungan perilaku masyarakat tani yang akan mengalami pergeseran. “Pertama, Penggunaan Internet untuk bisnis. Saat ini BPS mencatat ada 4,5 juta petani yang aktif sebagai pengguna internet, dengan adanya pandemi dan new normal ini maka penggunaan sosial media sebagai market place produk pertanian akan meningkat,” paparnya.

Kedua, sambung Prof Imam, kreativitas atau inovasi sosial masyarakat tani meningkat karena secara tidak langsung diajari merespon masalah melalui entitas sosial. Ketiga, peran governance/pengambil Kebijakan akan semakin adaptif sehingga ketangguhan sosial lebih kuat.

“Sekarang semua Kementerian/Lembaga mengalami refocusing anggaran, namun kita bisa lihat petani kita mampu bertahan dengan terus memproduksi pangan, artinya mereka mampu secara kolektif mengatasi dampak dari pandemi dengan caranya,” terangnya.

“Nah, oleh karenanya negara harus lebih mengulurkan tangannya kepada petani agar interaksi lebih kuat dan problem sosial masyarakat mudah diatasi,” lanjut Prof Imam. Dalam seminar online ini, Ketua Asosiasi Agribisnis Indonesia (AAI), Bayu Krisna Murti bersependapat dengan Prof Imam. Bayu menilai bahwa nyatanya masyarakat petani saat pandemi ini tidak begitu terdampak.

Ini dibuktikan dengan produktivitasnya dalam menghasilkan bahan pangan, namun yang perlu diwaspadai adalah sektor off farmnya. “Kalau on farm tidak terlalu besar risikonya, yang terdampak besar adalah trading atau pasarnya. Jadi kalau pasarnya terdampak maka akan berimplikasi terhadap gairah memproduksi kan, maka ini perlu menjadi perhatian pemerintah agar sisi distribusi barang tetap dikendalikan,” jelasnya.

Sementara itu, Rektor Unhas, Dwia Aries Tina Palubuhu mengapresiasi kinerja Kementan dengan berbagai terobosan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam menghadapi pandemi ini. Pasalnya ketersediaan pangan selama masa pandemi aman. “Saya terus terang apresiasi kepada Pak Menteri Syahrul Yasin Limpo karena luar biasanya bisa survive menghadapi Covid-19 ini sehingga pangan tetap terjaga,” tutup Dwia Aries.

Acara Seminar online ini dihadiri Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo sebagai keynote speaker. Ia menegaskan persiapan pemerintah dalam menyambut masa transisi new normal terus dilakukan dengan berbagai cara.

Utamanya dalam memperbaiki dan mengembangkan sarana prasarana pertanian berbasiskan teknologi. “Sektor pertanian di masa yang akan datang tidak bisa diolah dengan cara yang biasa. Namun harus dikerjakan dengan cara yang serba maju, serba baru dan lebih modern,” tegasnya.

“Minimal dengan terjadinya Covid-19 ini kita semakin menyadari bahwa pertanian tidak boleh lagi diolah dengan cara yang biasa. Harus ada inovasi dan ide-ide kreatif dalam mengelola pertanian,” sambung Syahrul.

 

Kasus Baru Covid-19 Menanjak Setelah New Normal

Dua hari berturut-turut jumlah kasus baru Covid-19 di Indonesia terus bertambah hingga melampaui 1.000 per hari. Masyarakat dianggap kurang disiplin dalam menerapkan new normal saat beberapa daerah melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat jumlah kasus baru Covid-19 yang terkonfirmasi hari ini, Rabu (10/6) sebanyak 1.241 kasus. Dengan demikian, jumlah total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 34.316. Sebelumnya, pada Selasa (9/6) kemari, jumlah kasus Covid-19 yang terkonfirmasi positif sebanyak 1.043.

Yurianto menjelaskan tambahan kasus terbanyak berada di Provinsi Jawa Timur dengan 273 kasus. Di bawahnya ada Sulawesi Selatan dan DKI Jakarta yakni 189 dan 157 orang terinfeksi. Juru bicara nasional penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan peningkatan tersebut berasal dari tambahan hasil 17.757 uji spesimen. “Ini bukti bahwa tracing agresif bisa menangkap kasus positif,” kata Yurianto.

Di sisi lain, dalam laporan analisis hariannya, Gugus Tugas juga menyoroti beberapa daerah yang paling banyak menyumbang kasus positif Covid-19. Apalagi, di antara daerah tersebut ada yang baru melonggarkan PSBB untuk memulai fase transisi menuju kehidupan ‘normal baru’ yang sehat dan produktif.

Di antara daerah tersebut adalah Jakarta dan Surabaya:

Jakarta

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memulai masa transisi PSBB Jakarta menuju new normal pada Jumat (5/6) lalu. “Tansisi dari ketika pembatasan massif menuju kondisi aman, sehat, dan produktif,” katanya saat itu.

Hari itu juga, rumah-rumah ibadah mulai dibuka bertahap dengan pembatasan jamaah maksimal 50% dari kapasitas. Selanjutnya, perkantoran mulai dibuka pada 8 Juni 2020, dan pusat-pusat perbelanjaan mulai buka pada 15 Juni 2020.

Semua dengan Batasan pengunjung 50%. Di sektor transportasi, kendaraan pribadi boleh memenuhi kapasitas penumpang asalkan satu keluarga. Begitu juga ojek online boleh Kembali mengangkut penumpang dengan protokol Kesehatan yang ketat.

Bagaimanapun, Gugus Tugas memberi beberapa catatan terkait pentingnya menjaga disiplin saat penerapan normal baru. Di antara kasus yang menjadi perhatian adalah adanya 9 pedagang di Pasar Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan hasil tes swab yang dilakukan pada pekan lalu. Artinya, protokol Kesehatan di pusat-pusat keramaian harus dijaga betul.

Pedagang maupun pembeli harus selalu mengenakan masker, menjaga jarak aman dan rajin mencuci tangan untuk meminimalisir risiko penularan. Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan, kondisi DKI Jakarta saat ini belum aman dari pandemi virus corona.

Walaupun, Pandu menilai Jakarta sudah mencapai puncak kurva pandemi. Menurutnya, masih ada beberapa kegiatan masyarakat di luar rumah yang tidak diatur oleh pemerintah. Hal itu kemudian membuat penumpukan di beberapa moda transportasi. “Sehingga terjadi antrian yang banyak sekali di transportasi publik, nah apakah itu terjadi klaster, ya kita lihat nanti minggu depan atau dua minggu lagi,” ujarnya.

Surabaya

Menyusul Jakarta, Surabaya memulai masa transisi pada 8 Juni 2020. Sebelumnya, PSBB Surabaya Raya juga mencakup wilayah Sidoarjo dan Gresik berlangsung sejak 26 Mei 2020. Saat Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengumumkan masa transisi, ia menyerahkan mandat ke tiga kepala daerah tingkat dua, yakni Wali Kota Surabaya, Bupati Gresik, Plt Bupati Sidoarjo.

“Jadi diputuskan PSBB Surabaya Raya selesai pada hari ini sesuai Pergub sejak dimulai dari 26 Mei-8 Juni,” kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Senin (8/6) lalu. Hanya, dalam evaluasi, Gugus Tugas menemukan bahwa disiplin masyarakat masih lemah. Misalnya, banyak warga yang kedapatan tidak mengenakan masker.

Berdasarkan survei, tercatat 88,2% orang yang nongkrong di warung dan kafe masih tidak mengenakan masker. Selain itu, 89,3% tidak menerapkan jaga jarak fisik. Sedangkan dalam kegiatan sosial budaya, sebanyak 78,8% orang belum menggunakan masker dan 82% tidak menerapkan jaga jarak fisik.

“Masker ini masih sering diabaikan dan tidak digunakan masyarakat. Ada juga yang menggunakan, tapi tidak sesuai,” ungkap Koordinator PSBB di Jatim Heru Tjahjono di Surabaya.

 

 

Sumber:

https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/27/082007465/new-normal-di-indonesia-apa-yang-akan-terjadi?page=all

https://mediaindonesia.com/read/detail/318670-new-normal-harapan-baru-masyarakat-tani-pasca-pandemi

https://katadata.co.id/berita/2020/06/10/kasus-baru-covid-19-menanjak-setelah-new-normal-apa-yang-terjadi

Tinggalkan komentar